Ocehan Penyair
diwarung kopi
Penyair bangsat tak tahu malu <
- Kopi menunggu senja. Mencari kamu yang tenggelam bersama surya ?
- Saya manusia terbelakang..Manusia terbelakang akan cita. Ketika kamu berkhianat, aku melawan dengan diam. Dan dgn menyeruput kopi tentunya
- Mampukah kita menghadang ruang yang tertahan, dalam tenggelamnya idealisme yang terkunkung. Kopi hitam adalah kiblatku. Aku salah ?
- Sesungguhnya. Bukankah hari diciptakanNya ? Bukankah mendung bagian dari citraNya ? Aku melawan, bukan karena menentang. Aku melawan duka
- Kemudian dalam naungan mendung, aku ada dalam kejatuhan mendalam. Menyeruak melawan duka, tapi lemah tanpa sandaran. Aku kalah
- Kopi hitam pekat dalam hamburan langit yang mendung. Dia menangis dan bersiap teriak mengeluarkan Air mata yg bisa menghancurkan kita.
- Sepi...sepi....hanya kopi yang menemani...
- Tanpa terasa aku kantuk itu datang. Kopi cemburu, dia tertunduk, berbisik ditelingaku "bukankah aku yg setia kepadamu ?"
- Adakah yg lebih setia daripada kopi ? Menemani hati yg ditinggal pergi, bersama jejak kaki dalam sayupan lagu sepi..
- Saya termenung dimalam hari. Ditemani secangkir kopi hitam pekat. Membungkam sukma, melawan derita, memikirkan kamu..
Bersambung.....
Created at 2014-09-17 08:51:37
Back to posts
UNDER MAINTENANCE